Sensor Media di Iran: Antara Kontrol Negara dan Dinamika Digital
Latar Belakang
Iran dikenal sebagai salah satu negara dengan regulasi ketat terhadap media dan internet. Pemerintah Iran secara aktif memblokir atau membatasi akses ke berbagai platform media sosial dan situs web internasional. Sensor ini bukan hanya menyasar konten politik, tetapi juga budaya, sosial, dan bahkan teknologi.
Platform yang Diblokir dan Diizinkan
Menurut laporan dari [tabnak], sebagian besar platform global seperti:
Instagram ✅ (masih bisa diakses)
WhatsApp ✅ (masih bisa diakses)
Telegram ❌ (diblokir)
Facebook ❌
Twitter ❌
TikTok ❌
YouTube ❌
Sebagai alternatif, pemerintah Iran mendorong penggunaan platform lokal seperti Rubika, Eitaa, dan Bale, yang lebih mudah dikontrol secara internal.
Alasan di Balik Sensor
Sensor media di Iran bukan sekadar tindakan teknis, melainkan bagian dari strategi politik dan sosial. Beberapa alasan utama meliputi:
Kontrol Informasi Politik: Pemerintah ingin mencegah penyebaran konten yang dianggap mengancam stabilitas politik atau mengkritik rezim.
Keamanan Nasional: Platform asing dianggap berpotensi digunakan untuk spionase, propaganda, atau koordinasi aksi protes.
Nilai Sosial dan Agama: Konten yang bertentangan dengan norma Islam atau budaya lokal sering kali diblokir.
Persaingan Teknologi: Mendorong penggunaan aplikasi lokal juga menjadi strategi untuk mengurangi ketergantungan pada teknologi Barat.
Dampak terhadap Masyarakat
Sensor ini berdampak besar terhadap kehidupan digital warga Iran:
Keterbatasan Akses Informasi: Warga kesulitan mendapatkan berita dari sumber independen.
Penggunaan VPN Meluas: Banyak pengguna mengandalkan VPN untuk mengakses platform yang diblokir.
Kreativitas Terhambat: Seniman, developer, dan konten kreator menghadapi tantangan besar dalam distribusi karya mereka.
Ketergantungan pada Platform Lokal: Meskipun lebih stabil, platform lokal sering kali dianggap kurang aman dan transparan.
Refleksi Global
Iran bukan satu-satunya negara yang menerapkan sensor media, tetapi pendekatannya tergolong ekstrem. Sensor ini mencerminkan ketegangan antara kebebasan berekspresi dan kontrol negara di era digital.

Komentar
Posting Komentar