Basij dan Komando Perang Non-Fisik: Strategi Imam untuk Masa Depan Revolusi

Setelah berakhirnya perang delapan tahun antara Iran dan Irak, Imam Khomeini mengeluarkan sebuah komando yang tidak lagi berfokus pada senjata dan medan tempur fisik, melainkan pada bentuk baru peperangan: perang pemikiran dan keyakinan. Dalam pidatonya pada 2 Azar 1367 (23 November 1988), beliau menyampaikan bahwa perang masa depan bukan lagi soal peluru dan meriam, melainkan soal ideologi, moral, dan kesadaran.



Peralihan Strategi: Dari Senjata ke Pemikiran

Imam Khomeini menyadari bahwa meskipun perang militer telah usai, ancaman terhadap nilai-nilai revolusi Islam belum berakhir. Menurut beliau, selama masih ada kekufuran dan kesyirikan, maka perjuangan akan terus berlangsung. Oleh karena itu, beliau memerintahkan agar Basij—organisasi paramiliter rakyat—bertransformasi dari struktur militer menjadi kekuatan intelektual dan spiritual.

Empat senjata utama yang harus dimiliki oleh para pejuang dalam perang non-fisik ini adalah:

  • Akhlak: Etika dan perilaku yang mencerminkan nilai-nilai Islam.

  • Keterampilan: Kemampuan untuk memahami dan menyampaikan gagasan secara efektif.

  • Kebijaksanaan (Basirat): Kepekaan terhadap situasi sosial dan politik.

  • Pengetahuan (Ma’rifat): Pemahaman mendalam tentang ajaran Islam dan revolusi.

Tanpa keempat senjata ini, perjuangan akan sia-sia dan hanya akan mengikis modal sosial revolusi.

Peran Strategis Mahasiswa dan Santri

Imam menekankan pentingnya peran mahasiswa dan santri sebagai garda terdepan dalam perang pemikiran. Beliau memindahkan medan perjuangan dari barak militer ke kampus dan pesantren, dengan empat misi utama:

  1. Menyelesaikan persoalan keyakinan di kalangan anggota Basij.

  2. Menyusun kerangka Islam murni ala Nabi Muhammad SAW.

  3. Menjaga prinsip “Tidak ke Timur, Tidak ke Barat” sebagai identitas politik revolusi.

  4. Membela Islam dan revolusi dari dalam institusi pendidikan mereka.

Imam memperingatkan bahwa jika Islam murni tidak ditegakkan, maka akan muncul Islam versi Amerika yang bertentangan dengan ajaran Rasulullah.

Perang di Era Digital: Senjata Baru Bernama “Keraguan”

Dalam beberapa dekade terakhir, muncul bentuk baru dari perang non-fisik: perang di dunia maya. Media sosial dan internet menjadi medan tempur di mana senjata utama adalah “keraguan ideologis.” Tujuannya adalah menciptakan jarak antara rakyat dan pemerintahan Islam melalui propaganda, fitnah, dan pelemahan keyakinan.

Bahkan korupsi, menurut artikel ini, bukan sekadar kelemahan internal, tetapi bagian dari desain besar untuk mendiskreditkan pemerintahan Islam. Solusinya? Kembali sepenuhnya pada semangat dan pemikiran Basij yang tulus dan revolusioner.

Prioritas Imam: Pemikiran Basij sebagai Benteng Pertahanan

Imam Khomeini tidak pernah mengandalkan senjata sebagai solusi utama. Dalam perang dan perjuangan, beliau selalu menekankan bahwa “perang kita adalah perang iman dan keyakinan, bukan soal batas wilayah.” Tiga bulan setelah perang berakhir, beliau menyerukan perang baru yang lebih halus namun lebih berbahaya: perang ideologi.

Beliau menyatakan, “Jika pemikiran Basij yang menyentuh hati bergema di seluruh negeri, maka musuh akan menjauh. Jika tidak, kita harus siap menghadapi bencana setiap saat.”

Pesan Imam Khomeini tetap relevan hingga hari ini. Ketika dunia menghadapi ketegangan geopolitik, propaganda digital, dan krisis identitas, perang non-fisik menjadi semakin nyata. Mereka yang tidak memahami medan perang ini akan terjebak dalam permukaan dan kehilangan arah perjuangan.

Imam telah memberikan kompas: akhlak, keterampilan, kebijaksanaan, dan pengetahuan. Siapa pun yang ingin menjaga nilai-nilai revolusi Islam harus memegang teguh empat senjata ini, tanpa memandang nama, jabatan, atau identitas mereka. [hawzah.net]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jenjang Karir Pelajar Agama di Iran: Dari Talabeh hingga Akhund dan Seterusnya

Mengapa Perbedaan Hari Lahir Rasulullah Disebut Minggu Persatuan di Iran?

Ilmu di Bintang Soraya dan Orang Persia: Dari Hadis Hingga Kenyataan di Iran