Jenjang Karir Pelajar Agama di Iran: Dari Talabeh hingga Akhund dan Seterusnya
Di Iran, yang merupakan negara dengan mayoritas penduduk Syiah Ithna Asyariyah (Dua Belas Imam), sistem pendidikan agama memainkan peran sentral dalam membentuk ulama dan pemimpin masyarakat. Pendidikan ini berlangsung di hawza ilmiah (seminary Islam), terutama di kota suci seperti Qom dan Mashhad. Jenjang karir seorang pelajar agama, yang disebut talabeh, dimulai dari tingkat dasar dan bisa mencapai posisi tertinggi seperti ayatollah uzma atau bahkan pemimpin agung negara. Artikel ini akan membahas secara rinci jalur karir tersebut, termasuk tahapan pendidikan, gelar yang diperoleh, dan prospek karir lanjutan.
Latar Belakang Sistem Hawza di Iran
Hawza ilmiah di Iran telah berkembang sejak abad ke-10 M, tetapi bentuk modernnya dimulai pada awal abad ke-20, khususnya dengan pendirian Hawza Qom oleh Syekh Abdul Karim Ha'iri Yazdi pada 1922. Setelah Revolusi Islam 1979, hawza menjadi bagian integral dari sistem pemerintahan Republik Islam Iran, di mana ulama tidak hanya berperan sebagai pemimpin spiritual tetapi juga politik. Pendidikan di hawza gratis, didukung oleh zakat, khums (pajak agama), dan dana pemerintah. Siswa (talabeh) biasanya mulai belajar sejak usia remaja, dan prosesnya bisa memakan waktu puluhan tahun. Kurikulum utama mencakup fiqh (hukum Islam), usul al-fiqh (prinsip hukum), tafsir Al-Quran, hadis, filsafat, dan bahasa Arab.
Tahapan Pendidikan di Hawza
Jenjang pendidikan di hawza terbagi menjadi tiga tingkat utama: muqaddamat (pendahuluan), sutuh (permukaan atau menengah), dan kharij (lanjutan atau luar). Setiap tahap membangun kemampuan siswa untuk menjadi mujtahid (ahli ijtihad, yang bisa mengeluarkan fatwa independen).
- Tahap Muqaddamat (Pendahuluan) Ini adalah tingkat awal bagi talabeh baru. Durasi biasanya 4-6 tahun. Materi pelajaran meliputi bahasa Arab (sarf dan nahwu), logika dasar, fiqh sederhana, akhlak, dan pengantar teologi Syiah. Pada tahap ini, siswa belajar dari kitab-kitab klasik seperti Sharh Lum'ah untuk fiqh. Setelah lulus, talabeh mendapatkan gelar dasar seperti Thiqat al-Islam (bukti kepercayaan Islam), yang memungkinkan mereka mengajar di tingkat rendah atau menjadi imam shalat di masjid kecil. Banyak talabeh berhenti di sini dan menjadi pendakwah lokal.
- Tahap Sutuh (Menengah) Durasi 4-6 tahun. Siswa mendalami kitab-kitab fiqh lanjutan seperti Makasib karya Syekh Ansari, usul al-fiqh dari Kifayah al-Usul, dan filsafat dari Manzumah karya Mulla Hadi Sabzawari. Di tahap ini, siswa mulai mengembangkan kemampuan analisis hukum. Lulusan sutuh biasanya mendapat gelar Hujjat al-Islam (bukti Islam), yang setara dengan ulama menengah. Gelar ini memungkinkan mereka menjadi dosen di hawza, hakim syariah, atau pemimpin komunitas. Di Iran, istilah akhund sering digunakan untuk ulama di level ini. Akhund, yang berasal dari kata Persia berarti "sarjana" atau "guru agama", adalah gelar informal untuk cleric yang telah menyelesaikan studi menengah dan aktif dalam pengajaran atau dakwah. Historisnya, akhund seperti Muhammad Kazim Khurasani dikenal sebagai pemimpin gerakan konstitusional Iran.
- Tahap Kharij (Lanjutan) Ini adalah tingkat tertinggi, tanpa batas waktu tetap—bisa 10 tahun atau lebih. Siswa belajar langsung dari marja' taqlid (sumber taqlid, ulama tertinggi) melalui diskusi mendalam tentang isu fiqh kontemporer. Tidak ada ujian formal; kemajuan dinilai berdasarkan kemampuan ijtihad. Lulusan kharij menjadi mujtahid dan mendapat gelar Ayatollah (tanda Allah), yang berarti mereka bisa mengeluarkan fatwa independen dan membuka kelas sendiri di hawza.
Gelar dan Hierarki Ulama Syiah di Iran
Hierarki gelar mencerminkan tingkat keilmuan dan pengaruh:
- Talabeh: Siswa aktif di hawza, tanpa gelar formal.
- Thiqat al-Islam: Ulama pemula, fokus pada pengajaran dasar.
- Hujjat al-Islam (Akhund): Ulama menengah, bisa menjadi pengajar, hakim, atau politisi lokal. Akhund sering digunakan secara umum untuk cleric berjubah dan berturban.
- Ayatollah: Mujtahid independen, pengaruhnya meluas ke fatwa dan kepemimpinan komunitas.
- Ayatollah al-Uzma (Grand Ayatollah): Marja' taqlid, sumber rujukan umat Syiah global. Mereka menerbitkan risalah (buku fatwa) dan mengelola dana khums. Contoh: Ayatollah Ali Sistani (di Irak, tapi berpengaruh di Iran) atau Ayatollah Ali Khamenei.
- Vali-ye Faqih (Pemimpin Agung): Posisi tertinggi di Iran, dipilih oleh Majelis Ahli (Assembly of Experts). Saat ini dipegang oleh Ayatollah Ali Khamenei, yang menggabungkan peran spiritual dan politik sebagai pemimpin negara.
Gelar-gelar ini tidak dibeli atau diwarisi, melainkan diperoleh melalui pengakuan sesama ulama berdasarkan karya ilmiah dan murid.
Prospek Karir Setelah Menjadi Akhund dan Seterusnya
Setelah mencapai level akhund (Hujjat al-Islam), karir bisa bervariasi:
- Pendidikan dan Dakwah: Banyak akhund menjadi dosen di hawza atau universitas Islam seperti Universitas Tehran. Mereka juga mendirikan madrasah atau menjadi pendakwah di media.
- Peradilan dan Pemerintahan: Di Iran, ulama mendominasi sistem yudisial. Akhund bisa menjadi hakim syariah atau anggota Dewan Pengawas (Guardian Council).
- Politik: Revolusi 1979 membuka pintu bagi ulama masuk politik. Contoh: Presiden seperti Hassan Rouhani adalah Hujjat al-Islam. Ayatollah bisa menjadi anggota Majelis Ahli atau bahkan calon Pemimpin Agung.
- Internasional: Ulama tingkat tinggi seperti ayatollah uzma membangun jaringan global, mengelola wakaf, dan memberikan bantuan kemanusiaan. Beberapa menjadi duta agama di luar negeri.
- Tantangan: Karir ulama di Iran sering terkait dengan loyalitas terhadap sistem wilayah al-faqih (pemerintahan ulama). Tak jarang ditemukan pihak-pihak yang menentang sistem tersebut.
Jenjang karir pelajar agama di Iran adalah perjalanan panjang yang menuntut dedikasi, mulai dari talabeh di hawza hingga akhund dan ayatollah. Sistem ini tidak hanya menghasilkan pemimpin spiritual tetapi juga aktor politik yang membentuk nasib bangsa. Bagi pemuda Iran yang memilih jalur ini, hawza menawarkan peluang besar, meski diwarnai tantangan seperti tekanan politik dan modernisasi. Dengan ribuan talabeh aktif saat ini, hawza tetap menjadi pilar utama identitas Syiah Iran.

Komentar
Posting Komentar